TUGAS MATA KULIAH
METODE PENELITIAN KUALITATIF
Dosen Pengampu : Rika Yessika Rahma, M.Ikom
“ PROPAGANDA AGAMA
ISLAM DALAM FILM THE
KINGDOMD “
(Semiotika Roland Barthes)
Disusun
Oleh :
Ariya
D. Dilaga
44113010093
PROGRAM STUDI FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
JURUSAN BROADCASTING
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2015
Kata Pengantar
Dengan mengucap Alhamdulillahhirobbilalamin, atas izin Allah SWT, makalah
yang membahas mengenai “Propaganda Agama
Islam Dalam Film The Kingdom” ini dapat di selesaikan oleh penyusun dengan
sebaik-baiknya. Makalah ini disusun dengan berbagaimacam referensi, baik dari
buku, makalah, skripsi maupun situs internet.
Tujuan makalah ini disusun
atas tugas yang diberikan oleh dosen Rika Yessika Rahma, M.Ikom pada mata kuliah Metode
Penelitian Kualitatif. Makalah ini akan di dikumpulkan dan di uji dengan cara
diskusi atau Tanya jawab oleh rekan-rekan mahasiswa dikelas.
Di akhir kata pengantar ini,
penyusun tak lupa mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
mendorong dan membantu dalam penyusunan makalah ini hingga dapt terselesaikan.
Harapan penyusun untuk makalah ini agar dapat menjadi informasi dan referensi yang
bermanfaat bagi rekan-rekan mahasiswa.
Tak lupa penyusun menyampaikan
kemungkinan kelalaian yang didapat pada makalah ini, diharapkan adanya keritik
yang membangun serta masukan yang beruna untuk lebih menyempurnakan makalah
tentang “Propaganda Agama Islam Dalam
Film The Kingdom”.
Daftar
Isi
Bab I Pendahuluan
|
..................................................................................
|
1
|
1.1 Latar Belakang
|
..................................................................................
|
1
|
1.2 Identifikasi dan
Rumusan Masalah
|
..................................................................................
|
4
|
1.3 TujuanPenelitian
ini Disusun
|
..................................................................................
|
4
|
1.4 Manfaat
Penelitian
1.4.1 Manfaat
Akademisi
1.4.2 Manfaat
Praktis
|
..................................................................................
..................................................................................
..................................................................................
|
4
4
4
|
Bab II Tinjauan Pustaka
|
..................................................................................
|
5
|
2.1 Film
2.1.1
Pengertian Film
2.1.2
Karakteristik Film
2.1.3
Unsur-unsur Film
2.1.4 Jenis-jenis
Film
|
..................................................................................
..................................................................................
..................................................................................
..................................................................................
..................................................................................
|
5
5
6
6
7
|
2.2 Propaganda
2.2.1
Definisi Propaganda
2.2.2
Tipologi Propaganda
2.2.3
Teknik-tekni Propaganda
|
..................................................................................
..................................................................................
..................................................................................
..................................................................................
|
8
8
9
9
|
2.3 Agama
Islam
2.3.1 Apa
itu Agama
2.3.2 Apa
itu Islam
|
..................................................................................
..................................................................................
..................................................................................
|
10
10
11
|
2.4
Semiotika
2.4.1
Pengertian Semiotika
2.4.2 Semiotika Menurut Roland
Barthes
|
..................................................................................
..................................................................................
..................................................................................
|
14
14
16
|
Daftar
Pustaka
|
..................................................................................
|
18
|
Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar
Belakang
Film di era saat ini sudahlah semakin
luas dan bebas, sineas - sineas muda bermunculan dengan kreatifitas dan
ideologi mereka masing – masing. Dengan Ideologi masing – masing yang dimiliki
oleh para kreator tersebut membuat cirikhas dari setiap film yang di buatnya.
Selain dari ke-khasan film tersebut, salah satu dari dampak Ideologi kreator
tersebut adalah apa yang ia fikirkan harus tertuang dalam cerita atau
peradeganan dalam filmnya tersebut. Terlepas hal (pesan) yang ingin disampaikan
memiliki dampak baik atau buruk. Ingin bersifat persuasif, informatif, atau
propokatif itu tergantung dari keinginan para kreator film tersebut.
Pada hakikinya merujuk
Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), terbitan Balai Pustaka (1990 : 242), film adalah selaput tipis yang
dibuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau
untuk tempat gambar positif (yang akan dimainkan di bioskop). Film juga
diartikan sebagai lakon (cerita) gambar hidup. Dari definisi yang pertama, kita
dapat membayangkan film sebagai sebuah benda yang sangat rapuh, ringkih, hanya
sekeping Compact Disc (CD). Sedangkan film diartikan sebagai lakon artinya
adalah film tersebut merepresentasikan sebuah cerita dari tokoh tertentu secara
utuh dan berstruktur.
Adapun pengertian lebih lengkap dan
mendalam tercantum jelas dalam pasal 1 ayat (1) UU Nomor 8 Tahun 1992 tentang
perfilman, dimana di sebutkan bahwa yang dimaksud dengan film adalah karya
cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa yang dibuat dengan
asas sinematrografi dengan direkam pata pita siloid, pita video, piringan video
dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala macam bentuk,
jenis dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronika, atau proses
lainnya, dengan atau tanpa suara yang dapat di pertujunkan atau ditayangkan
dengan sistem mekanik, elektronik atau lainnya.
Namun ini berbanding terbalik dengan
film- film karya Hollywood. Mereka munggunakan film sebagai tempat menyampaikan
pesan – pesan propaganda. Karya – karya film mereka yang bersifat “Terorism” selalu saja menstereotipkan
bahwa Islam adalah agama TERORIS, dan Amerika atau Yahudi sebagai PAHLAWANNYA
pada jaringan media Internasional mereka. siapapun tahu bahwa penguasa –
penguasa Hollywood, atau raksasa industri film dunia nyaris seluruhnya di
kuasai jaringan Yahudi AS. Hollywood sendiri memang didirikan oleh pembisnis
Yahudi dan sampai saat ini tetap dikuasai oleh mereka. mulai dari Casthing Talent, Lightingman / woman, Audioman /
woman, Scriptwritter, Direct Of Photograpy, Editor, Dirrector, dan Producer itu
semua banyak dikuasai oleh mereka.
Dalam “Protocol of Zionis” yang diresmikan pada Konferensi Zionis International di Basel Swiss (1897), telah dicanangkan bahwa industri hiburan
merupakan salah satu sarana efekti bagi bangsa Yahudi untuk mengusai dunia,
termasuk perfilman tentunya. Sedangkan Adolft Hittler pernah mengatakan “ Bila
ingin menahlukan sebuah Negara, maka kuasailah terlebih dahulu MEDIA Negara
tersebut dan barulah Negara itu dapat di tahlukan. Tentu adanya ideologi –
ideologi keras seperti ini memiliki masa lalu yang pahit bagi kedua agama
tersebut, yakni Islam dan Yahudi. Kedua agama yang tidak akan pernah dapat
sependapat dan menyatu jika sudah mengatas namakan agama masing – masing.
Salah satu alasan film – film
Hollywood selalu memberikan pesan stereotip bahwa Islam adalah agama Teroris,
kita harus menarik waktu untuk mundur beberapa tahun yang lalu, tepatnya ketika
tahun “Hijriah”. Faktanya di Saudi Arabia telah terjadi beberapa aksi serangan
yang di lakukan oleh Mujahidin di sana, khususnya Al-Qa’idah Jazirah Arab.
Salah satunya, dan yang cukup dikenal adalah operasi “Badar Riyadh”. Operasi ini terjadi pada tanggal 11 Rabiul Awwal
1424 H bertepatan pada tanggal 23 Mei 2003. Dalam operasi ini Mujahidin
menyerang komplek pasukan Salib di wilayah timur Riyadh dan beberapa
perkantoran serta pangkalan Militer dalam kekuatan penuh.
Ini adalah cikal bakalnya agama Yahudi
dan Islam selalu melakukan perang – perang baik bersifat fisik ataupun dengan
perang – perang dinginn. Namun jelas Islam kalah dengan pola fikir kaum Yahudi
yang menggunakan film – film atau media yang diminati oleh banyak orang di
belahan Dunia mana pun. Banyaknya film-film Hollywood yang mengangkat cerita
tentang terorisme yang semua perannya di mainkan oleh orang – orang muslim.
1.1 Tabel daftar film barat
yang menceritakan Islam adalah teroris
Judul
FIlm
|
Tahun
Produksi
|
Negara
|
Black
Hawk Down
|
2001
|
United
States of Amerika
|
American
Sniper
|
2014
|
United
States of Amerika
|
The
Kingdom
|
2007
|
United
States of Amerika
|
Air
Force One
|
1997
|
United
States of Amerika
|
Salah satu film yang menarik untuk di
teliti oleh penulis adalah film “The Kingdom”, yang di release pada tahun 2007 yang di produksi oleh Universal Studions.
Film ini sangat menarik untuk di teliti karena menyuguhkan cerita tentang
beberapa masyarakat Negara Arab Saudi melakukan pengeboman dan aksi teror
terhadap pemukiman-pemukiman masyarakat Amerika di sana.
Film merupakan media kajian yang
relevan bagi analisi Semiotika. Seperti yang di kemukakan oleh Van Zoet yang di
kutip Alex Sobur, film ini yang dibangun sebagai tanda. Tanda – tanda itu
termasuk sebagai sistem tanda yang bekerja sama dengan baik untuk mencapai efek
yang diharapkan. Bersama dengan tanda – tanda arsitektur digunakan tanda –
tanda ikonis, yakni tanda yang menggambarkan sesuatu. Film The Kingdom ini
menarik untuk di teliti, karena dalam film tersebut banyak hal-hal yang janggal
sehingga Islam terlihat benar adalah agama teroris.
Oleh dasar ini, penulis tertarik untuk
menganalisis dalam bentuk makalah yang berjudul “ Propaganda Agama Islam Dalam
Film The Kingdom “ dengan teori Semiotika Roland Barthes. Menurut Umberto Eco
ahli semiotika, bahwa semiotika adalah kajian yang membedakan dua jenis
semiotika, yakni semiotika komunikasi dan semiotika signifikasi. Semiotika komunikasi menekankan
pada teori tentang produksi tanda yang salah satu diantaranya mengasumsikan
adanya lima faktor dalam komunikasi, yaitu :
1.
Pengiriman
2.
Penerima
3.
Pesan
4.
Saluran
Komunikasi
5.
Acuan
yang di Bicarakan.
Sementara
semiotika signifikasi tidak mempersoalkan adanya tujuan berkomunikasi. Pada
jenis kedua, yang lebih diutamakan adalah segi pemahaman suatu tanda sehingga
proses kognisinya pada penerima tanda lebih diperhatikan di bandingkan oleh
prosesnya. Sedangkan menurut Charles Sanders Peirce, semiotika di definisikan
sebgai “ a relatioan ship among sign, an
object, and a meaning “ (suatu hubungan diantara tanda, objek dan
makna). Penalaran manusia senatiasa
dilakukan lewat tanda, artinya bahwa manusia hanya dapat bernalar lewat tanda.
Analisa semiotika adalah melacak makna-makna yang diangkut dengan teks yang
berupa lambang-lambang dalam tekslah yang menjadi pusat perhatian analisis
semiotika. Dari penjelasan di atas, penulis yakin untuk menganalisi semiotika
Roland Barthes.
1Alex Sobur. Semiotika Komunikasi. PT.
Rosdakarya; Bandung, 2006, cet-3, hal 128
2Indiawan Seto Wahyu Wibowo. Semiotika
Komunikasi. Mitra Wacana Media; Jakarta,2011, hal 9
1.2 Identifikasi
dan Rumusan Masalah
Identifikasi dan Rumusaln Masalah dalam makalah ini :
1.
Apa
yang menggambarkan bahwa Islam adalah Agama Teroris ?
2.
Bagaimanakah
pakaian yang di kenakan oleh Teroris dalam film ini ?
3.
Pada
ajaran Islam manakah yang didalam film ini menunjukan aksi Teroris?
4.
Adegan
apakah yang membuat Yahudi AS terlihat kuat dan menjadi pahlawan dalam film ini
?
1.3 TujuanPenelitian
ini Disusun
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini sebagai
berikut :
1.
Dalam
rangka menyelesaikan tugas mata kuliah Metode Penelitian Kualitatif.
2.
Memberikan
pengetahuan dan pemahaman baru bagi si penulis tentang pesan film
3.
Memberikan
pandangan kepada pembaca bahwa film bukan hanya sebagai hiburan semata,
melaikan memiliki tujuan dan maksud dalam pesan film tersebut yang ingin
disampaikan, terlepas positif ataupun negatif.
1.4 Manfaat
Penelitian
Penelitian
ini diharap dapat memberikan dampak atau manfaat secara Akademis maupun Praktis.
1.4.1 Manfaat
Akademisi
Penelitia ini diharapkan dapat
memberikan data yang empiris kepada Doesen pengampu mata kuliah Metode
Penelitian Kualitatif, khususnya dibidang Broadcasting tentang cara
menganalisis isi suatu film di masyarakat.
1.4.2
Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini
dapat memberikan pengetahuan dan wawasan kepada penulis. Diharapkan juga dapat
memberikan masukan kepada sineas muda yang ingin membuat film serta
diskusi-diskusi antar Mahasiswa
Bab II
Tinjauan Pustaka
2.1 Film
2.1.1 Pengertian Film
Menurut Onong
Uchjana, “film adalah cerita singkat yang
ditampilkan dalam bentuk gambar dan suara yang dikemas sedimikian rupa dengan
permainan kamera, teknik editing dan skenario yang ada sehingga membuat
penonton terpesona”. Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), film dapat
diartikan menjadi dua hal pengertian. Pertama adalah, bahwa film merupakan
selaput tipis berbahan seluloid yang berguna untuk menyimpan gambar negatif
dari objek. Ke-dua film diartikan sebagai lakon hidup atau gambar hidup. Gambar
hidup (film) adalah bentuk dominan dari komunikasi massa visual di belahan
dunia.
Undang-undag Nomor 33 Tahun 2009
tentang Perfilman pada Bab 1 Pasal 1 menyebutkan, yang dimaksud dengan film
adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media komunikasi
massa yang dibuat berdasarkan kaidah sinematografi dangan atau tanpa adanya
suara dan dapat dipertunjukan. Definisi film berbeda disetiap Negara , di
Perancis ada pembedaan antara film dan sinema. “Filmis” berarti berhubungan dengan
film dan dunia sekitarnya, misal sosial politik dan kebudayaan. Kalau di
Yunani, film dikenal dengan istilah “Cinema” yang merupakan singkatan Cinematograph (nama kamera dari Lumiere
Bersaudara). Cinemathograpie secara harfiah berarti cinema (gerak) , tho atau phytos adalah cahaya, sedangkan graphie berati tulisan atau gambar.
Jadi, yang dimaksud cinemathoprapie adalah melukis gerak dengan
cahaya. Ada juga istilah lain yang berasal dari bahasa Inggris, yaitu Movies, berasal dari kata Move, artinya gambar bergerak atau
gambar hidup.
Film merupakan salah satu media
komunikasi massa. Dikatakan sebagai media komunikasi massa karena merupakan
bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan
komunikator dan komunikan secara massal,
dalam arti berjumlah banyak, tersebar dimana-mana, khalayak heterogen dan
anonim, dan menimbulkan efek tertentu. Film dan televisi memiliki kemiripan
terutama sifatnya yang audio dan visual, tetapi dalam proses penyampaian dan
proses produksinya berbeda (Tan dan Wright, dalam Ardianto & Erdinaya,
2005: 3).
3Nawiroh Vera. Semiotika dalam Riset
Komunikasi. Ghalia Indonesia; Bogor, 2014, hal 91
2.1.2
Karakteristik Film
Karakteristik
film yang spesifikasi, yaitu layar lebar, pengambilan gambar, konsentrasi penuh
dan identifikasi psikologis.
a)
Layar
yang luas : Kelebihan media film dibandingkan dengan televisi adalah layar yang
luas. Dengan layar luas, telah memberikan keleluasaan penonton untuk melihat
adegan yang disajikan dalam film.
b)
Pengambilan
Gambar : Dengan kelebihan film, yaitu layar yang besar, maka teknik pengambilan
gamjbarnya pun dapat dilakukan atau dapat memungkinkan dari jarak ekstreme
long shot dan
panoramic shot.
c)
Konsentrasi
Penuh : Saat menyaksikan film di bibioskop, tempat yang memiliki ruangan kedap
suara, maka pada saat kita menonton film kita harus fokus kepada alur cerita
yang ada didalam film tersebut tanpa
adanya gangguan dari luar.
d)
Identifikasi
Psikologis : Dengan konsentrasi yang penuh ketika menonton, itu dapat
mengakibatkan kita terbawa dalam cerita film yang sedang kita nikmati secara
tidak sadar seperti marah, sedih, menangis, tertawa dan mengangkap kita menjadi
pemeran dalam film tersebut.
2.1.3
Unsur-unsur Film
Unsur
film berkaitan erat dengan karakteristik utama, yaitu audio visual. Unsur audio
visual dikategorikan kedalam dua bidang, yaitu sebagai berikut :
1.
Unsur
Naratif : yaitu materi atau bahan olahan, dalam film cerita unsur naratif
adalah penceritaannya.
2.
Unsur
Sinematik : yaitu cara atau dengan gaya seperti apa bahan olahan itu digarap.
Kedua unsur ini tidak dapat
dipisahkan, keduanya saling terikat sehingga menghasilkan sebuah karya yang
menyatu dan dapat dinikmati oleh penonton. Unsur sinematik terdiri atas
beberapa aspek berikut :
·
Mise
en scene
·
Sinematografi
·
Editing
·
Suara
Mise en scene berasal dari
bahasa Perancis, tanah leluhurnya bapak perfilman dunia Louis dan Auguste
Lumiere, yang secara sederhana bisa diartikan sebagai segala sesuatu yang
berada di depan kamera.
Ada emnpat elemen penting
dalam Mise es scene :
a.
Setting
b.
Tata
Cahaya
c.
Kostum
dan make up
d.
Akting
dan pergerakan pemain
Pemahaman tentang sinematografi
sendiri mengungkapkan hubungan esensial
tentang bagaimana perlakuan terhadap kamera serta bahan baku yang digunakan,
juga bagaimana kamera digunakan untuk memenuhi kebutuhannya yang berhubungan
dengan objek yang direkam.
Editing
secara teknis merupakan aktivitas pemilihan, penyambungan dari gambar-gambar
(shot). Melalui editing struktur ritme serta penekanan dramatik dibangun atau
diciptakan.
Sedangkan
suara atau audio didalam film adalah seluruh unsur bunyi yang berhubungan
dengan gambar. Elemen-elemennya bisa dari dialog, musik ataupun efek (Bambang
Supriadi,2010).
2.1.4
Jenis-jenis Film
Pada
dasarnya film dibedakan menjadi dua jenis utama, yakni film cerita atau sering
disebut juga fiksi dan film noncerita,
yang lebih dikenal dengan nonfiksi. Film cerita atau fiksi ialah film yang
dibuat dengan cerita fiktif. Film fiktif dibagi menjadi dua, yaitu film cerita
pendek dan film cerita panjang. Yang membedakan antara dua jenis fil fiktif
tersebut ialah durasi waltunya. Film cerita pendek berdurasi di bawah 60 menit,
sedangkan film cerita panjang pada umumnya berdurasi 90 – 100 menit, namun ada
pula yang berdurasi 120 menit atau lebih.
Sedangkan film nonfiksi contohnya
adalah film dokumenter, yaitu film yang menampilkan tentang dokumentasi sebuah kejadian, baik
alam, flora, fauna, ataupun manusia. Perkembangan film sangat berpengaruh pula
pada jenis film dokumenter, muncul jenis dokumenter lain yang disebut
dokudrama. Dalam dokudrama terjadi realitas demi tujuan-tujuan eksistensi, agar
gambar dan ceria lebih menarik (Effendy, 2009:3).
4Nawiroh Vera. Semiotika dalam Riset
Komunikasi. Ghalia Indonesia; Bogor, 2014, hal 95
2.2 Propaganda
2.2.1
Definisi Propaganda
Propaganda berasa dari bahasa Latin
modern, yakni propagare yang berarti mengembangkan
atau memekarkan. Secara dasar Propaganda adalah rangkaian pesan yang bertujuan
untuk mempengaruhi pendapat dan kelakuan masyarakta atau sekelompok orang. Propaganda
tidak menyampaikan informasi secara obyektif, tetapi memberikan informasi yang
dirancang untuk mempengaruhi pihak yang mendengar atau melihatnya. Propaganda
kadang menyampaikan pesan yang benar, namun seringkali menyesatkan dimana
umumnya isis propaganda hanya menyampaikan fakta-fakta pilihan yang dapat
menghasilkan reaksi emosional daripada reaksi rasional. Tujuannya adalah untuk
mengubah pikiran kognitif narasi subjek dalam kelompok sasaran untuk
kepentingan tertentu.
Propaganda adalah sebuah upaya
disengaja dan sistematis untuk membentuk presepsi, memanipulasi alam pikiran
atau kognisi, dan memengaruhi langsung perilaku agar memebrikan respon sesuai
yang dikehandaki pelaku propaganda. Sebagai komunikasi satu ke banyak orang (one-to-many), propaganda memisahkan komunikator
dari komunikannya. Namun menurut Ellul, komunikator dalam propaganda sebenarnya
merupakan wakil dari organisasi yang berusaha melakukan pengontrolan terhadap
masyarakat komunikannya. Sehingga dapat disimpulkan, komunikator dalam
propaganda adalah seorang yang ahli dalam teknik penguasaan atau kontrol
sosial. Adapun macam-macam definisi propaganda menurut para ahli, yakni.
a)
Propaganda
adalah usaha dengan sengaja dan sistematis, untuk membentuk persepsi,
memanipulasi pikiran, dan mengarahkan kelakuan untuk mendapatkan reaksi yang
diinginkan penyebar propaganda (Garth S. Jowett dan Victoria O’Donnell,
Propaganda and Persuasion).
b)
Jacques
Ellul, mendefinisikan bahwa propaganda sebagai komunikasi kelompok terorganisai
yang ingin menciptakan partisipasi aktif atau pasif dlam tindakan-tindakan
suatu massa yang terdiri atas individu-individu, dipersatukan secara psikologis
dan tergabungkan di dalam suatu kumpulan atau organisai. Bagi Ellul, propaganda
erat kaitanya dengan organisasi dan tindakan yang tanpa propaganda praktis
tidak ada.
c)
Leonard
W. Dobb, sebagai pakar opini publik menyatakan bahwa propaganda merupakan
usaha-usaha yang dilakukan oleh individu-individu yang berkepentingan untuk
mengontrol sikap kelompok termasuk dengan cara menggunakan sugesti, sehingga
berakibat menjadi kontrol terhadap kegiatan kelompok tersebut.
d)
Jozef
Goebbels, Menteri Propaganda Nazi pada zaman Hitler, mengatakan: “Sebarkan
kebohongan berulang-ulang kepada publik. Kebohongan yang diulang-ulang, akan
membuat publik menjadi percaya”,
tentang kebohongan ini Goebbles juga mengajarkan bahwa kebohongan yang paling
besar ialahkebenaran yang diubah sedikit saja.
2.2.2
Tipologi Propaganda
Propaganda
mencoba untuk mengarahkan opini publik untuk mengubah tindakan dan harapan dari
target individu. Yang membedakan propaganda dari bentuk-bentuk lain dari
rekomendasi adalah kemauan dari propaganda untuk membentuk pengetahuan dari
orang-orang dengan cara apapun yang pengalihan atau kebingungan. Propaganda
adalah senjata yang ampuh untuk merendahkan musuh dan menghasut kebencian
terhadap kelompok tertentu, mengendalikan representasi bahwa itu adalah
pendapat dimenipulasi. Metode propaganda termasuk kegagalan untuk tuduhan
palsu.
Propaganda dapat digolongkan menurut
sumbernya :
a)
Propaganda
Putin : berasal dari sumber yang dapat diidentifikasi secara terbuka.
b)
Propaganda
Hitam : berasal dari sumber yang dianggap ramah akan tetapi sebenar-benarnya
bermusuhan.
c)
Propaganda
Abu-abu :berasal dari sumber yang dianggap netral tapi sebenarnya bermusuhan.
Propaganda telah berkembang dalam
perang psikologis dimana propaganda menemukan eksistensinya.
a)
Propaganda
Politik, yaoitu melibatkan usaha pemerintah, partai atau golongan untuk
pencapaian tujuan strategis dan taktis.
b)
Propaganda
Sosiologi, yakni melakukan perembesan budaya kemudian masuk kedalam
lembaga-lembaga ekonomi, sosial dan politik.
2.2.3
Teknik-tekni Propaganda
Dalam
propaganda, ada teknik-tekni yang harus digunakan bila pesan kita ingin dapat
disampaikan dan dapat membuat masyarakat mempercayakan apa yang ingin kita
sampaikan. Yaitu :
a)
Pemberian
Julukan (name calling) adalah penggunaan julukan
untuk menjatuhkan seseorang, istilah, atau ideologi dengan memberinya arti
negatif
b)
Glittering
Generality, adalah penyampaia pesan yang memiliki implikasi bahwa sebuah
pernyataan atau produk diinginkan olehbanyak orang atau mempunyai dukungan
luas.
c)
Teknik
Transfer, adalah suatu teknik propaganda dimana orang, produk, atau organisasi
diasosiasikan dengan sesuatu yang mempunyai kredibilitas baik/buruk.
d)
Tebang
Pilih, adalah suatu teknik pemilihan fakta dan data untuk membangun kasus
dimana yang terlihat hanya satu sisi suatu isu saja, sementara fakta yang lain
tidak diperlihatkan.
e)
Penyamarataan
yang Berkilap, yakni tekni dimana sebuah ide, misi, atau produk diasosiasikan
dengan hal baik seperti kebebasan, keadilan, dan demokrasi.
f)
Manusia
Biasa, salah satu teknik propaganda yang menggunakan pendekatan untuk digunakan
oleh seseorang untuk menunjukan bahwa dirinya rendah hati dan empati dengan
penduduk pada umumnya. (cara ini banyak
digunakan untuk kampanya).
g)
Kesaksian,
ini adalah teknik propaganda yang paling umum digunakan dimana ditampilkan
seseorang yang untuk bersaksi dengan tujuan mempromosikan produk tertentu,
kadang-kadang dalam kesaksiannya orang yang sama menjelek-jelekan produk lai.
2.3 Agama
Islam
2.3.1
Apa itu Agama
Agama adalah sebuah koleksi
terorganisir dari kepercayaan, sistem budaya, dan pandangan dunia yang
menghubungkan manusia dengan tanah/perintah dari kehidupan. Banyak agama
memilik narasi, simbol, dan sejarah suci yang dimaksudkan untuk menjelaskan
makna hidup dan atau menjelaskan asal usul kehidupan atau alam semesta. Dari
keyakinan mereka tentang kosmos dan sifat manusia, orang memperoleh moralitas,
etika, hukum agama atau gaya hidup yang disukainya. Menurut beberapa perkiraan,
ada sekitar 4.200 agama di dunia.
Banyak
agama yang mungkin telah mengorganisir perilaku, kependetaan, definisi tentang
apa yang merupakan kepatuhan atau keanggotaan, tempat-tempat suci, dan kitab
suci. Praktek agama juga dapat mencangkup ritual, khotbah, peringatan atau
pemujaan tuhan, dewa atau dewi, pengrbanan, festival, pesta, trance, inisiasi,
jasa penguburan, layanan pernikahan, meditasi, doa, musik, seni, tari,
masyarakat layanan atau aspek lain dari budaya manusia. Agama juga mungkin
mengandung mitologi.
Kata
agama kadang-kadang digunakan bergantian dengan iman, sistem kepercayaan atau
kadang-kadang mengatur tugas. Namun, dalam kata-kata Emile Durkheim, agama
berbeda dari keyakinan pribadi bahwa itu adalah sesuatu yang nyata sosial.
Emile Durkheim juga mengatakan bahwa gama adalah suatu sestem yang terpadu yang
terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang suci.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), agama adalah sistem yang mengatur
tata keimanan(kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahaskuasa serta
tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia dengan
lingkungannya. Kata agama berasal dari bahasa Sansekerta, “Agama” yang berarti “tradisi”. Kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi
yang verasal dari bahasa Latih religio dan berakar pada kata kerja re-ligare, yang berarti “mengikat
kembali”.
2.3.2
Apa itu Islam
Arti
Islam adalah agama yang berdasarkan pada ketundukan terhadap aturan Allah.
Islam adalah agama penghambaan kepada Allah, yang menciptakan, mengatur,
memelihara alam semesta. Bila dicari dari asal katanya, islam berasal dari kata
“aslama” yang merupakan turunan (derivasi) dari kat assalmu,
assalamu, assalamatu
yang artinya tunduk dan patuh, bersih dan selamat dari kecacatan lahir batin.
Dari asal kata ini dapat diartikan bahwa
dalam Islam terkan makna suci, bersih tanpa cacat sempurna. Kata islam juga
dapat diambil dari kata assilmu dan assalamu yang berarti juga perdamaian dan
keamanan.
Dari
pengertian kata sebagaimana diungkapkan diatas dapat disimpulkan bahwa islam
mengandung arti kata berserah diri, tunduk, patuh, dan taat sepenuhnya kepada
Kehendak Allah. Pengertian Islam secara terminologis sebagaimana diungkapkan
Ahmad Abdullah Almasdoosi bahwa Islam
adalah kaidah hidup yang diturunkan kepada manusia sebagai mahluk ciptaan Allah
yang paling sempurna digelarkan ke muka bumi, dalam AL-Qur’an yang diwahyukan
Allah SWT kepada Nabi-Nya yang terakhir, yakni Nabi Muhasmmad SAW, suatu kaidah
hidup yang memuat tuntutan yang jelas dan lengkap mengenai aspek hidup manusia,
baik spiritual maupu material. Agama yang diturunkan Allah kemuka bumi sejak
Nabi Adam sampai Nabi Muhammad SAW adalah agama Islam sebagaimana yang
diungkapkan dalam AL-Qur’an: “Sesungguhnya agama disisi
Allah adalah Islam” (Al-Imran,3:19).
Makna
kata Islam, kata Islam berasal dari bahasa Arab “aslama”. Ditinjau dari segi bahasa,
Islam memiliki beberapa artii :
a)
Islam
berarti taan atau patuh dan berserah diri kepada Allah SWT.
b)
Islam
berarti damai dan kasih sayang. Maksudnya, agama Islam mengajarkan perdamaian
dan kasihsayang bagi umat manusia tanpa memandang warna kulit, agama, dan
status sosial.
c)
Islam
berarti selamat, maksdunya Islam merupaka petunjuk untuk memperoleh keselamatan
hidup baik dunia maupun di akhirat kelak.
Ditinjau dari segi
pengertian istilah, menurut Drs. Humaidi Tatapangarsa dalam bukunya “Kuliah
Aqidah Lengkap” (Bina Ilmu Surabaya: 1997), islam memiliki dua macam pengertian
yakni pengertian khusus dan pengertian umum. Islam menurut pengertian khusus,
adalah agama yang diajakan oleh Nabi Muhammad SAW. Sedangkan menurut pengertian
umum, Islam adalah agam yang diajarkan oleh semua Nabi dan Rasul Allah SWT dari Adam AS. Sampai
Muhammad SAW. Akan tetapi yang dinamakan Islam itu agama yang masih murni atau
asli sesuai yang diajarkan Nabi dan Rasul.
Petunjuk bahwa
semua Nabi dan Rasul sebelum Nabi Muhammad SAW, juga mengajarkan Islam dapat
ditemui dalm AL-Qur’an dan Injil Markus. Ayat-ayat yang menyatakan hal tersebut
dalam AL-Qur’an antara lain :
a)
Surat
3/Ali Imran, ayat 67:
Ibrahim
bukanlah seorang Yahudi, dan bukan pula seorang Nasrani. Ia seorang yang lurus
(maksudnya jauh dari sifat syirik/mempersekutu Allah SWT, dan jauh dari
kesesatan), dan berserah diri kepada Allah SWT, serta bukan dari golongan
orang-orang musyrik.
b)
Surat
10/Yunus, ayat 84:
Berkata Nabi Musa : “Hai
kaumku, jika kalian beriman kepada Allah dan benar-benar orang yang berserah
diri, maka bertawakkal-lah kepanya Nya saja”.
Ayat-ayat dalam Injil Markus yang
menerangkan bahwa semua Nabi dan Rasul sebelum Nabi Muhammad SAW, juga
mengajarkan Islam adalah pasal 12 ayat 28-34 seperti yang dikutip oleh Dedy
Suardi dalam bukunya “Vibrasi Tauhid
Meresonasi Keesaan Tuhan” (Remaja Rosdakarya, Bandung:1994). Dalam pasal 12
ayat 28-34 tersurat Nabi Isa AS. dengan seorang muridnya ahli Taurat yang menjelaskan
dengan sesungguhnya bahwa Allah SWT itu Maha Esa. Bunyi percakapan tersebut
selengkapnya sebagai berikut :
Ayat 28 : Maka datanglah seorang
ahli Taurat; setelah didengarnya
bagimana mereka itu berbalah-balah sedang diketahuinya bahwa Yesus telah
memebrikan jawaban yang baik, lantas ia pula menyoal, katanya : “Hukum yang
manakah dikatakan yang terutama sekali?”
Ayat 29: Maka jawab Yesus kepadanya:
“Hukum yang terutama inilah. Dengarlah olehmu hai Israil, adapun Allah Tuhan
kita ialah Tuhan Yang Esa.
Ayat 30: Maka hendaklah engkau
mengasihi Allah Tuhanmu dengan sebulat-bulat hatimu, dengan segenap jiwamu,
dengan sepenuh akal budimu, dan dengan segala kuatmu.
Ayat 31: Dan yang kedua inilah:
“Hendaklah engkau mengasihi sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” Maka
tiadalah hukum lain yang lebih besar daripada kedua hukum ini.
Ayat 32 : Lantas berkataahli Taurat
itu kepadanya : “Ya guru amat benarlah segala kata Guru, bahwa Allah itu Esa
adanya dan tiada yang lain melainkan Dia”.
Ayat 33 : Dan hal mengasihi Tuhan
dengan sebulat-bulatnya hati, dan dengan sepenuh akal budi, dan dengan segenap
jiwa, dan dengan segala kuat , dan apalagi mengasihi manusia seperti diri
sendiri, itulah terutama dari segala kurban bakaran dan persembahan sembelihan.
Ayat 34 : Apabila Yesus melihat bahwa
ia sudah menyahut dengan bijaksana, berkatalah ia kepadanya: “Engkau tiada jauh
lagi dari pada kerajaan Allah. Maka tiada seorang pun berani menyoal dia lagi”.
Agama
Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, adalah agama Islam yang
terakhir yang diturunkan oleh Allah SWT kepada manusia. Karena itu tidak akan
ada lagi Rasul yang diutus ke muka bumi.
5https://id.m.wikipedia.org/wiki/Propaganda
6https://id.m.wikipedia.org/wiki/Agama
7Srijanti,
Purwanto S.K., Wahyudi Pramono. Etika Membangun Masyarakat Islam Modern. Graha
Ilmu; Yogyakarta, 2007, Ed-2, hal 3-5
8Syamsul
Rijal Hamid.Buku Pintar Agama Islam.Penebar Salam; Jakarta, 2000, Ed-Senior,
hal 2-5
2.4
Semiotika
2.4.1
Pengertian Semiotika
Daniel Chandler mengatakn, “The
shortest definition is that it is the study of sign” (definisi singkat dari
semiotika adalah ilmu tentang tanda-tanda). Adapun menurut Paul Colbey, kata
dasar semiotika diambil dari kata dasar seme (Yunani) yang berarti “penafsiran
tanda” (Rusmana, 2005:4). Sedangkan Charles Sanders Pierce mendefinisikan
semiotika sebgai studi tentang tanda dan segala sesuatu yang berhubungan
dengannya, yakni cara berfungsinya, hubungan dengan tanda-tanda lain,
pengirimannya dan penerimaannya oleh mereka yang mempergunakannya (Van Zoest,
1978, dalam Rusman, 2005). Menurut John Fiske, semiotika adalah studi ilmu
tentang pertanda dan makna dari sistem tanda; ilmu tentang tanda, tentang
bagaiman makna dibangun dalam “teks” media; atau studi tentang bagaimana tanda
dari jenis karya apa pun dalam masyarakat yang mengkomunikasikan mkana (John
Fiske,2007:282).
Semiotika
berasal dari bahasa Yunani “Semeion, yang berarti tanda. Dalam pandangan
Piliang, penjelajah semiotikla sebagai metode kajian kedalam berbagai cabang
keilmuan ini dimungkinkan karena adanya kecenderungan untuk memandang berbagai
wacana sosial sebagai fenomena bahasa. Semiotika merupakan bidang studi tentang
tanda dan cara tanda-tanda itu bekerja (dikatakan juga semiologi). Dalam
memahami studi tentang makna terdapat tiga unsur utama, yakni : Tanda, Acuan
Tanda, dan Penggunaan Tanda. Tanda
merupakan sesuatu yang bersifat fisik, bisa dipresepsi indra kita, tanda
mengacu pada suatu di luar tanda itu sendiri, dan bergantung pada pengenalan
oleh penggunanya sehingga disebut tanda.
Pengembangan
semiotika sebagai bidang kajian bidang studi ditetapkan dalam pertemuan Vienna
Circle yang berlangsung di Universitas Wina tahun 1992. Di Wina Circle,
sekelompok sarjana menyajikan sebuah karya berupa karya berjudul “international
Encyclopedia”. Semiotika dikelompokan menjadi tiga bagian atau tiga cabang ilmu, yakni :
a)
Semantics : yang mempelajari bagaimana
sebuah tanda berkaitan dengan yang yang lain.
b)
Syntatics : mempelajari bagaimana
sebuah tanda memiliki arti dengan tanda yang lain.
c)
Pragmatics : yang mempelajari bagaimana
tanda digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan
lingkupnya pembahasannya, semiotika dibedakan atas tiga macam berikut :
1.
Semiotika
Murni (pure)
Membahas tentang dasar filosofis semiotika, yaitu
berkaitan dengan metabahasa, dalam arti hakikat bahasa secara Universal.
2.
Semiotika
Deskriptif (descriptive)
Adalah lingkup semiotika yang membahas tentang semiotika
tertentu.
3.
Semiotika
Terapan (applied)
Adalah lingkup semiotika yang membahas tentang penerapan semiotika pada bidang atau konteks
tertentu.
Sedangkan berdasarkan penggunaanya, semiotika dikelompokan dalm
berbagai bidang, seperti yang dikemukakan Eco (1976, lihat juga Van Zoest, 1993,
dalam Rahayu Hidayat) berikut ini :
1.
Semiotika
tanda hewan
2.
Semiotika
tanda penciuman
3.
Semiotika
dalam komunikasi dengan indera perasa
4.
Semiotika
pencicipan
5.
Paralinguistik
6.
Semiotika
medis
7.
Semiotika
gerakan
8.
Semiotika
musik
9.
Semiotika
bahasa formal
10.
Semiotika
bahasa tulis
11.
Semiotika
bahasa ilmiah
12.
Semiotika
komunikasi visual
13.
Semiotika
benda
14.
Semiotika
struktur benda
15.
Semiotika
kode budaya
16.
Semiotika
kode estetik
17.
Semiotika
komunikasi massa
18.
Semiotika
retorika
19.
Semiotika
teks dalam arti luas
9 Nawiroh Vera. Semiotika dalam Riset Komunikasi. Ghalia
Indonesia; Bogor, 2014, hal 2-6
10Sumbo Tinarbuko. Semiotika Komunikasi Visual. Jalasutra;
Yogyakarta, 2008, hal 11
2.4.2 Semiotika Menurut Roland
Barthes
Barthes berpendapat bahwa kita dapat
berbicara tentang dua sistem signifikasi, denotasi dan konotasi. Denotasi
adalah level maknak deskriptif dan literal secara virtual dimiliki semua
anggota. Pada level kedua Konotasi, makna terbentuk dengan mengaitkan penandaan
dengan aspek-aspek kurtural yang lebih luas keyakina, sikap, kerangka kerja
ideologi suatu formasi sosial. Makna kemudian menjadi persoalan asosiasi tanda dengan makna lain. Makna sebuah tanda
baru dapat dikatakan berlipat ganda jika tanda tunggal tersebut disarati dengan
makna yang berlapis-lapis. Konotasi
membawa nilai-nilai ekspresif yang muncul dari akumulasi rangkaian kekuatan (
secara sintagmatis) atau, lebih umum, melalui perbandingan dengan alternatif
yang tidak ada (secara paradigmatis). Ketika konotasi dinaturalkan sebagai
sesuatu yang hegemonik, artinya deterima sebagai sesuatu yang normal dan alami,
maka ia bertindak sebagai peta makana konseptual yang dengannya seseorang
memahami dunianya. Inilah yang dikatakan sebagai mitos. Meskipun mitos adalah
konstruktisi , tapi ia bisa nampak sebagai kebenaran yang universal yang telah
ada sebelumnya. Dan melekat pada nalar awam.
Bahkan Volosinov (1973) berpendapat bahwa ranah ideologi
berkorespondensi dengan arena tanda. Dimana ada tanda, maka disitu ada
ideologi.
Bagi Barthes, mitos adalah sistem
semiologis urutan kedua atau metabahasa. Mitos adalah bahasa kedua yang
berbicara tentang bahasa tingkat pertama. Tanda pada sitem pertama (penanda dan
petanda) yang membentuk makna denotatif menjadi penanda pada urutan kedua makna
mitologis konotasi Barthes (1972) menampilkan ini sebagai metafora spasial.
Barthes : Signifikasi mitos
Dalam buku Barthes yang berjudul Mythologies terdiri
atas dua subbab, yakni: (1)
“Mythologies”, dan (2) “Myth Today”.
Jangan berharap kalau dalam buku ini Barthes membicarakan dan mengulas
tokoh-tokoh mitologi Yunani atau Romawi seperti Zeus dan dewa-dewa Olympus
lainnya, Hercules dan hero-hero lainnya, ataupun rentetan Perang Troya
sebagaimana dikisahkan dalam Iliad dan Odiseus yang sangat dikenal tidak hanya
oleh masyarakat Eropa tetapi juga di belahan bumi lainnya termasuk di
Indonesia. Barthes sama sekali tidak menyinggung peristiwa maupun tokoh mistis
dan legendaris tersebut. Pada bagian pertama buku Mythologies, Barthes
mengungkapkan topik-topik kontemporer semacam dunia gulat, romantisme dalam
film, anggur dan susu, irisan steak, wajah Garbo, otak Einstein, manusia Jet,
masakan ornamental, novel dan anak-anak, mainan (toys), mobil Citroën, plastik,
fotografi, tarian striptease, dan topik-topik pop lainnya. Sebagaimana
dinyatakan dalam pengantarnya pada cetakan pertama (1957), Barthes menyatakan
bahwa tulisan-tulisannya dalam buku ini merupakan sejumlah esai tentang topik-topik
masa itu yang dia tulis setiap bulan untuk sejumlah media massa.
Topik-topik yang menarik perhatiannya
ini, tidak lain merupakan refleksi atas mitos-mitos baru masyarakat Prancis
kontemporer. Lewat berbagai analisisnya tentang peristiwa-peristiwa yang ditemuinya
dalam artikel surat kabar, fotografi dalam majalah mingguan, film, pertunjukan,
ataupun pameran, Barthes mengungkapkan sejumlah mitos-mitos modern yang
tersembunyi di balik semua hal itu. Mitos inilah yang oleh Barthes disebut
sebagai second order semiotic system, yang harus diungkap signifikansinya.
Mitos merupakan salah satu type of speech. Jabarannya mengenai konsep
mitos-mitos masa kini sebagai kajian sistem tanda dibicarakan pada subbab yang
kedua yang berjudul “Myth Today”.
11Chris Barker. Cultural Studies. Kreasi Wacana;
Yogyakarta,2013, hal 74
Daftar Pustaka
·
Rabiah
D. Putri. Representasi Autisme Dalam Film Korea Miracle In Cell No. 7 (Analisis
Semiotika Charles Sanders Peirce). Jakarta; 2014. Skripsi
·
Vera,
Nawiroh. Semiotika dalam Riset Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia,2014
·
Barker,
Chris. Cultural Studies. Yogyakarta: Kreasi Kencana, 2013
·
Rijal,
Syamsul. Buku Pintar Agama Islam. Jakarta: Pebebar Salam, 2000
·
Srijantin,
Purwanto S.K, Wahyudi. Etika Membangun Masyarakat Islam Modern. Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2007
·
Littlehohn.
Teori Komunikasi. Jakarta: Salemba Humanika,2009
·
Swandayani,
Dian. 2005. Tokoh Cultural Studies Perancis: Roland Barthes. Makalah
dipresentasikan dalam Seminar Internasional Rumpun Sastra, Yogyakarta, 2005
Sumber Lain
·
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Propaganda
·
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Agama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar