Jumat, 30 Oktober 2015

Propaganda Agama Islam Dalam Film The Kingdom - Semiotika Roland Barthes



TUGAS MATA KULIAH
METODE PENELITIAN KUALITATIF
Dosen Pengampu : Rika Yessika Rahma, M.Ikom


“ PROPAGANDA  AGAMA  ISLAM  DALAM  FILM  THE KINGDOMD “
 (Semiotika Roland Barthes)












Disusun Oleh :
Ariya D. Dilaga
44113010093

PROGRAM STUDI FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
JURUSAN BROADCASTING
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA

2015



Kata Pengantar


Dengan mengucap Alhamdulillahhirobbilalamin, atas izin Allah SWT, makalah yang membahas mengenai “Propaganda Agama Islam Dalam Film The Kingdom” ini dapat di selesaikan oleh penyusun dengan sebaik-baiknya. Makalah ini disusun dengan berbagaimacam referensi, baik dari buku, makalah, skripsi maupun situs internet.

Tujuan makalah ini disusun atas tugas yang diberikan oleh dosen  Rika Yessika Rahma, M.Ikom pada mata kuliah Metode Penelitian Kualitatif. Makalah ini akan di dikumpulkan dan di uji dengan cara diskusi atau Tanya jawab oleh rekan-rekan mahasiswa dikelas.
Di akhir kata pengantar ini, penyusun tak lupa mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah mendorong dan membantu dalam penyusunan makalah ini hingga dapt terselesaikan. Harapan penyusun untuk makalah ini agar dapat menjadi informasi dan referensi yang bermanfaat bagi rekan-rekan mahasiswa.
Tak lupa penyusun menyampaikan kemungkinan kelalaian yang didapat pada makalah ini, diharapkan adanya keritik yang membangun serta masukan yang beruna untuk lebih menyempurnakan makalah tentang “Propaganda Agama Islam Dalam Film The Kingdom”.










Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
..................................................................................
1
1.1 Latar Belakang
..................................................................................
1
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah
..................................................................................
4
1.3  TujuanPenelitian ini Disusun
..................................................................................
4
1.4  Manfaat Penelitian
1.4.1    Manfaat Akademisi
1.4.2    Manfaat Praktis
..................................................................................
..................................................................................
..................................................................................
4
4
4
Bab II Tinjauan Pustaka
..................................................................................
5
2.1 Film
2.1.1 Pengertian Film
2.1.2 Karakteristik Film
2.1.3 Unsur-unsur Film
2.1.4   Jenis-jenis Film
..................................................................................
..................................................................................
..................................................................................
..................................................................................
..................................................................................
5
5
6
6
7
2.2    Propaganda
2.2.1 Definisi Propaganda
2.2.2 Tipologi Propaganda
2.2.3 Teknik-tekni Propaganda
..................................................................................
..................................................................................
..................................................................................
..................................................................................
8
8
9
9
2.3 Agama Islam
2.3.1 Apa itu Agama
2.3.2 Apa itu Islam
..................................................................................
..................................................................................
..................................................................................
10
10
11
2.4 Semiotika
2.4.1 Pengertian Semiotika
2.4.2 Semiotika Menurut Roland Barthes
..................................................................................
..................................................................................
..................................................................................
14
14
16
Daftar Pustaka
..................................................................................
18






Bab I
Pendahuluan
1.1  Latar Belakang
Film di era saat ini sudahlah semakin luas dan bebas, sineas - sineas muda bermunculan dengan kreatifitas dan ideologi mereka masing – masing. Dengan Ideologi masing – masing yang dimiliki oleh para kreator tersebut membuat cirikhas dari setiap film yang di buatnya. Selain dari ke-khasan film tersebut, salah satu dari dampak Ideologi kreator tersebut adalah apa yang ia fikirkan harus tertuang dalam cerita atau peradeganan dalam filmnya tersebut. Terlepas hal (pesan) yang ingin disampaikan memiliki dampak baik atau buruk. Ingin bersifat persuasif, informatif, atau propokatif itu tergantung dari keinginan para kreator film tersebut.

Pada hakikinya merujuk Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), terbitan Balai Pustaka (1990 : 242), film adalah selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau untuk tempat gambar positif (yang akan dimainkan di bioskop). Film juga diartikan sebagai lakon (cerita) gambar hidup. Dari definisi yang pertama, kita dapat membayangkan film sebagai sebuah benda yang sangat rapuh, ringkih, hanya sekeping Compact Disc (CD). Sedangkan film diartikan sebagai lakon artinya adalah film tersebut merepresentasikan sebuah cerita dari tokoh tertentu secara utuh dan berstruktur.

Adapun pengertian lebih lengkap dan mendalam tercantum jelas dalam pasal 1 ayat (1) UU Nomor 8 Tahun 1992 tentang perfilman, dimana di sebutkan bahwa yang dimaksud dengan film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa yang dibuat dengan asas sinematrografi dengan direkam pata pita siloid, pita video, piringan video dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala macam bentuk, jenis dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronika, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara yang dapat di pertujunkan atau ditayangkan dengan sistem mekanik, elektronik atau lainnya.

Namun ini berbanding terbalik dengan film- film karya Hollywood. Mereka munggunakan film sebagai tempat menyampaikan pesan – pesan propaganda. Karya – karya film mereka yang bersifat “Terorism” selalu saja menstereotipkan bahwa Islam adalah agama TERORIS, dan Amerika atau Yahudi sebagai PAHLAWANNYA pada jaringan media Internasional mereka. siapapun tahu bahwa penguasa – penguasa Hollywood, atau raksasa industri film dunia nyaris seluruhnya di kuasai jaringan Yahudi AS. Hollywood sendiri memang didirikan oleh pembisnis Yahudi dan sampai saat ini tetap dikuasai oleh mereka. mulai dari Casthing Talent, Lightingman / woman,  Audioman / woman, Scriptwritter, Direct Of Photograpy, Editor, Dirrector, dan Producer itu semua banyak dikuasai oleh mereka.

Dalam “Protocol of Zionis” yang diresmikan pada Konferensi Zionis International di Basel Swiss (1897), telah dicanangkan bahwa industri hiburan merupakan salah satu sarana efekti bagi bangsa Yahudi untuk mengusai dunia, termasuk perfilman tentunya. Sedangkan Adolft Hittler pernah mengatakan “ Bila ingin menahlukan sebuah Negara, maka kuasailah terlebih dahulu MEDIA Negara tersebut dan barulah Negara itu dapat di tahlukan. Tentu adanya ideologi – ideologi keras seperti ini memiliki masa lalu yang pahit bagi kedua agama tersebut, yakni Islam dan Yahudi. Kedua agama yang tidak akan pernah dapat sependapat dan menyatu jika sudah mengatas namakan agama masing – masing.

Salah satu alasan film – film Hollywood selalu memberikan pesan stereotip bahwa Islam adalah agama Teroris, kita harus menarik waktu untuk mundur beberapa tahun yang lalu, tepatnya ketika tahun “Hijriah”. Faktanya di Saudi Arabia telah terjadi beberapa aksi serangan yang di lakukan oleh Mujahidin di sana, khususnya Al-Qa’idah Jazirah Arab. Salah satunya, dan yang cukup dikenal adalah operasi “Badar Riyadh”. Operasi ini terjadi pada tanggal 11 Rabiul Awwal 1424 H bertepatan pada tanggal 23 Mei 2003. Dalam operasi ini Mujahidin menyerang komplek pasukan Salib di wilayah timur Riyadh dan beberapa perkantoran serta pangkalan Militer dalam kekuatan penuh.

Ini adalah cikal bakalnya agama Yahudi dan Islam selalu melakukan perang – perang baik bersifat fisik ataupun dengan perang – perang dinginn. Namun jelas Islam kalah dengan pola fikir kaum Yahudi yang menggunakan film – film atau media yang diminati oleh banyak orang di belahan Dunia mana pun. Banyaknya film-film Hollywood yang mengangkat cerita tentang terorisme yang semua perannya di mainkan oleh orang – orang muslim.



1.1 Tabel daftar film barat yang menceritakan Islam adalah teroris
Judul FIlm
Tahun Produksi
Negara
Black Hawk Down
2001
United States of Amerika
American Sniper
2014
United States of Amerika
The Kingdom
2007
United States of Amerika
Air Force One
1997
United States of Amerika
Salah satu film yang menarik untuk di teliti oleh penulis adalah film “The Kingdom”, yang di release pada tahun 2007 yang di produksi oleh Universal Studions. Film ini sangat menarik untuk di teliti karena menyuguhkan cerita tentang beberapa masyarakat Negara Arab Saudi melakukan pengeboman dan aksi teror terhadap pemukiman-pemukiman masyarakat Amerika di sana.

Film merupakan media kajian yang relevan bagi analisi Semiotika. Seperti yang di kemukakan oleh Van Zoet yang di kutip Alex Sobur, film ini yang dibangun sebagai tanda. Tanda – tanda itu termasuk sebagai sistem tanda yang bekerja sama dengan baik untuk mencapai efek yang diharapkan. Bersama dengan tanda – tanda arsitektur digunakan tanda – tanda ikonis, yakni tanda yang menggambarkan sesuatu. Film The Kingdom ini menarik untuk di teliti, karena dalam film tersebut banyak hal-hal yang janggal sehingga Islam terlihat benar adalah agama teroris.

Oleh dasar ini, penulis tertarik untuk menganalisis dalam bentuk makalah yang berjudul “ Propaganda Agama Islam Dalam Film The Kingdom “ dengan teori Semiotika Roland Barthes. Menurut Umberto Eco ahli semiotika, bahwa semiotika adalah kajian yang membedakan dua jenis semiotika, yakni semiotika komunikasi dan semiotika  signifikasi. Semiotika komunikasi menekankan pada teori tentang produksi tanda yang salah satu diantaranya mengasumsikan adanya lima faktor dalam komunikasi, yaitu :
1.    Pengiriman
2.    Penerima
3.    Pesan
4.    Saluran Komunikasi
5.    Acuan yang di Bicarakan.
Sementara semiotika signifikasi tidak mempersoalkan adanya tujuan berkomunikasi. Pada jenis kedua, yang lebih diutamakan adalah segi pemahaman suatu tanda sehingga proses kognisinya pada penerima tanda lebih diperhatikan di bandingkan oleh prosesnya. Sedangkan menurut Charles Sanders Peirce, semiotika di definisikan sebgai “ a relatioan ship among sign, an object, and a meaning “  (suatu hubungan diantara tanda, objek dan makna).  Penalaran manusia senatiasa dilakukan lewat tanda, artinya bahwa manusia hanya dapat bernalar lewat tanda. Analisa semiotika adalah melacak makna-makna yang diangkut dengan teks yang berupa lambang-lambang dalam tekslah yang menjadi pusat perhatian analisis semiotika. Dari penjelasan di atas, penulis yakin untuk menganalisi semiotika Roland Barthes.
1Alex Sobur. Semiotika Komunikasi. PT. Rosdakarya; Bandung, 2006, cet-3, hal 128
2Indiawan Seto Wahyu Wibowo. Semiotika Komunikasi. Mitra Wacana Media; Jakarta,2011, hal 9
1.2  Identifikasi dan Rumusan Masalah
Identifikasi dan Rumusaln Masalah dalam makalah ini :
1.    Apa yang menggambarkan bahwa Islam adalah Agama Teroris ?
2.    Bagaimanakah pakaian yang di kenakan oleh Teroris dalam film ini ?
3.    Pada ajaran Islam manakah yang didalam film ini menunjukan aksi Teroris?
4.    Adegan apakah yang membuat Yahudi AS terlihat kuat dan menjadi pahlawan dalam film ini ?


1.3  TujuanPenelitian ini Disusun
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini sebagai berikut :
1.    Dalam rangka menyelesaikan tugas mata kuliah Metode Penelitian Kualitatif.
2.    Memberikan pengetahuan dan pemahaman baru bagi si penulis tentang pesan film
3.    Memberikan pandangan kepada pembaca bahwa film bukan hanya sebagai hiburan semata, melaikan memiliki tujuan dan maksud dalam pesan film tersebut yang ingin disampaikan, terlepas positif ataupun negatif.

1.4  Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharap dapat memberikan dampak atau  manfaat secara Akademis maupun Praktis.

1.4.1      Manfaat Akademisi
Penelitia ini diharapkan dapat memberikan data yang empiris kepada Doesen pengampu mata kuliah Metode Penelitian Kualitatif, khususnya dibidang Broadcasting tentang cara menganalisis isi suatu film di masyarakat.

1.4.2      Manfaat Praktis
            Secara praktis, hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan wawasan kepada penulis. Diharapkan juga dapat memberikan masukan kepada sineas muda yang ingin membuat film serta diskusi-diskusi antar Mahasiswa







Bab II
Tinjauan Pustaka

2.1 Film
2.1.1 Pengertian Film

      Menurut Onong Uchjana, “film adalah cerita singkat yang ditampilkan dalam bentuk gambar dan suara yang dikemas sedimikian rupa dengan permainan kamera, teknik editing dan skenario yang ada sehingga membuat penonton terpesona”. Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), film dapat diartikan menjadi dua hal pengertian. Pertama adalah, bahwa film merupakan selaput tipis berbahan seluloid yang berguna untuk menyimpan gambar negatif dari objek. Ke-dua film diartikan sebagai lakon hidup atau gambar hidup. Gambar hidup (film) adalah bentuk dominan dari komunikasi massa visual di belahan dunia.

Undang-undag Nomor 33 Tahun 2009 tentang Perfilman pada Bab 1 Pasal 1 menyebutkan, yang dimaksud dengan film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa yang dibuat berdasarkan kaidah sinematografi dangan atau tanpa adanya suara dan dapat dipertunjukan. Definisi film berbeda disetiap Negara , di Perancis ada pembedaan antara film dan sinema. “Filmis” berarti berhubungan dengan film dan dunia sekitarnya, misal sosial politik dan kebudayaan. Kalau di Yunani, film dikenal dengan istilah “Cinema” yang merupakan singkatan Cinematograph (nama kamera dari Lumiere Bersaudara). Cinemathograpie secara harfiah berarti cinema (gerak) , tho atau phytos adalah cahaya, sedangkan graphie berati tulisan atau gambar. Jadi, yang dimaksud cinemathoprapie adalah melukis gerak dengan cahaya. Ada juga istilah lain yang berasal dari bahasa Inggris, yaitu Movies, berasal dari kata Move, artinya gambar bergerak atau gambar hidup.

Film merupakan salah satu media komunikasi massa. Dikatakan sebagai media komunikasi massa karena merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator  dan komunikan secara massal, dalam arti berjumlah banyak, tersebar dimana-mana, khalayak heterogen dan anonim, dan menimbulkan efek tertentu. Film dan televisi memiliki kemiripan terutama sifatnya yang audio dan visual, tetapi dalam proses penyampaian dan proses produksinya berbeda (Tan dan Wright, dalam Ardianto & Erdinaya, 2005: 3).
 

3Nawiroh Vera. Semiotika dalam Riset Komunikasi. Ghalia Indonesia; Bogor, 2014, hal 91

2.1.2 Karakteristik Film

            Karakteristik film yang spesifikasi, yaitu layar lebar, pengambilan gambar, konsentrasi penuh dan identifikasi psikologis.
a)    Layar yang luas : Kelebihan media film dibandingkan dengan televisi adalah layar yang luas. Dengan layar luas, telah memberikan keleluasaan penonton untuk melihat adegan yang disajikan dalam film.
b)    Pengambilan Gambar : Dengan kelebihan film, yaitu layar yang besar, maka teknik pengambilan gamjbarnya pun dapat dilakukan atau dapat memungkinkan dari jarak ekstreme long shot dan panoramic shot.
c)    Konsentrasi Penuh : Saat menyaksikan film di bibioskop, tempat yang memiliki ruangan kedap suara, maka pada saat kita menonton film kita harus fokus kepada alur cerita yang ada didalam film tersebut  tanpa adanya gangguan dari luar.
d)    Identifikasi Psikologis : Dengan konsentrasi yang penuh ketika menonton, itu dapat mengakibatkan kita terbawa dalam cerita film yang sedang kita nikmati secara tidak sadar seperti marah, sedih, menangis, tertawa dan mengangkap kita menjadi pemeran dalam film tersebut.

2.1.3 Unsur-unsur Film
            Unsur film berkaitan erat dengan karakteristik utama, yaitu audio visual. Unsur audio visual dikategorikan kedalam dua bidang, yaitu sebagai berikut :
1.    Unsur Naratif : yaitu materi atau bahan olahan, dalam film cerita unsur naratif adalah penceritaannya.
2.    Unsur Sinematik : yaitu cara atau dengan gaya seperti apa bahan olahan itu digarap.

Kedua unsur ini tidak dapat dipisahkan, keduanya saling terikat sehingga menghasilkan sebuah karya yang menyatu dan dapat dinikmati oleh penonton. Unsur sinematik terdiri atas beberapa aspek berikut :
·         Mise en scene
·         Sinematografi
·         Editing
·         Suara
Mise en scene berasal dari bahasa Perancis, tanah leluhurnya bapak perfilman dunia Louis dan Auguste Lumiere, yang secara sederhana bisa diartikan sebagai segala sesuatu yang berada di depan kamera.
Ada emnpat elemen penting dalam Mise es scene :
a.      Setting
b.      Tata Cahaya
c.      Kostum dan make up
d.      Akting dan pergerakan pemain

Pemahaman tentang sinematografi sendiri mengungkapkan hubungan  esensial tentang bagaimana perlakuan terhadap kamera serta bahan baku yang digunakan, juga bagaimana kamera digunakan untuk memenuhi kebutuhannya yang berhubungan dengan objek yang direkam.

Editing secara teknis merupakan aktivitas pemilihan, penyambungan dari gambar-gambar (shot). Melalui editing struktur ritme serta penekanan dramatik dibangun atau diciptakan.

Sedangkan suara atau audio didalam film adalah seluruh unsur bunyi yang berhubungan dengan gambar. Elemen-elemennya bisa dari dialog, musik ataupun efek (Bambang Supriadi,2010).

2.1.4        Jenis-jenis Film

Pada dasarnya film dibedakan menjadi dua jenis utama, yakni film cerita atau sering disebut  juga fiksi dan film noncerita, yang lebih dikenal dengan nonfiksi. Film cerita atau fiksi ialah film yang dibuat dengan cerita fiktif. Film fiktif dibagi menjadi dua, yaitu film cerita pendek dan film cerita panjang. Yang membedakan antara dua jenis fil fiktif tersebut ialah durasi waltunya. Film cerita pendek berdurasi di bawah 60 menit, sedangkan film cerita panjang pada umumnya berdurasi 90 – 100 menit, namun ada pula yang berdurasi 120 menit atau lebih.

Sedangkan film nonfiksi contohnya adalah film dokumenter, yaitu film yang menampilkan  tentang dokumentasi sebuah kejadian, baik alam, flora, fauna, ataupun manusia. Perkembangan film sangat berpengaruh pula pada jenis film dokumenter, muncul jenis dokumenter lain yang disebut dokudrama. Dalam dokudrama terjadi realitas demi tujuan-tujuan eksistensi, agar gambar dan ceria lebih menarik (Effendy, 2009:3).
 

4Nawiroh Vera. Semiotika dalam Riset Komunikasi. Ghalia Indonesia; Bogor, 2014, hal 95
2.2    Propaganda
2.2.1 Definisi Propaganda

Propaganda berasa dari bahasa Latin modern, yakni propagare yang berarti mengembangkan atau memekarkan. Secara dasar Propaganda adalah rangkaian pesan yang bertujuan untuk mempengaruhi pendapat dan kelakuan masyarakta atau sekelompok orang. Propaganda tidak menyampaikan informasi secara obyektif, tetapi memberikan informasi yang dirancang untuk mempengaruhi pihak yang mendengar atau melihatnya. Propaganda kadang menyampaikan pesan yang benar, namun seringkali menyesatkan dimana umumnya isis propaganda hanya menyampaikan fakta-fakta pilihan yang dapat menghasilkan reaksi emosional daripada reaksi rasional. Tujuannya adalah untuk mengubah pikiran kognitif narasi subjek dalam kelompok sasaran untuk kepentingan tertentu.

Propaganda adalah sebuah upaya disengaja dan sistematis untuk membentuk presepsi, memanipulasi alam pikiran atau kognisi, dan memengaruhi langsung perilaku agar memebrikan respon sesuai yang dikehandaki pelaku propaganda. Sebagai komunikasi satu ke banyak orang (one-to-many), propaganda memisahkan komunikator dari komunikannya. Namun menurut Ellul, komunikator dalam propaganda sebenarnya merupakan wakil dari organisasi yang berusaha melakukan pengontrolan terhadap masyarakat komunikannya. Sehingga dapat disimpulkan, komunikator dalam propaganda adalah seorang yang ahli dalam teknik penguasaan atau kontrol sosial. Adapun macam-macam definisi propaganda menurut para ahli, yakni.
a)    Propaganda adalah usaha dengan sengaja dan sistematis, untuk membentuk persepsi, memanipulasi pikiran, dan mengarahkan kelakuan untuk mendapatkan reaksi yang diinginkan penyebar propaganda (Garth S. Jowett dan Victoria O’Donnell, Propaganda and Persuasion).
b)    Jacques Ellul, mendefinisikan bahwa propaganda sebagai komunikasi kelompok terorganisai yang ingin menciptakan partisipasi aktif atau pasif dlam tindakan-tindakan suatu massa yang terdiri atas individu-individu, dipersatukan secara psikologis dan tergabungkan di dalam suatu kumpulan atau organisai. Bagi Ellul, propaganda erat kaitanya dengan organisasi dan tindakan yang tanpa propaganda praktis tidak ada.
c)    Leonard W. Dobb, sebagai pakar opini publik menyatakan bahwa propaganda merupakan usaha-usaha yang dilakukan oleh individu-individu yang berkepentingan untuk mengontrol sikap kelompok termasuk dengan cara menggunakan sugesti, sehingga berakibat menjadi kontrol terhadap kegiatan kelompok tersebut.
d)    Jozef Goebbels, Menteri Propaganda Nazi pada zaman Hitler, mengatakan: “Sebarkan kebohongan berulang-ulang kepada publik. Kebohongan yang diulang-ulang, akan membuat publik menjadi percaya”, tentang kebohongan ini Goebbles juga mengajarkan bahwa kebohongan yang paling besar ialahkebenaran yang diubah sedikit saja.

2.2.2 Tipologi Propaganda
            Propaganda mencoba untuk mengarahkan opini publik untuk mengubah tindakan dan harapan dari target individu. Yang membedakan propaganda dari bentuk-bentuk lain dari rekomendasi adalah kemauan dari propaganda untuk membentuk pengetahuan dari orang-orang dengan cara apapun yang pengalihan atau kebingungan. Propaganda adalah senjata yang ampuh untuk merendahkan musuh dan menghasut kebencian terhadap kelompok tertentu, mengendalikan representasi bahwa itu adalah pendapat dimenipulasi. Metode propaganda termasuk kegagalan untuk tuduhan palsu.
Propaganda dapat digolongkan menurut sumbernya :
a)    Propaganda Putin : berasal dari sumber yang dapat diidentifikasi secara terbuka.
b)    Propaganda Hitam : berasal dari sumber yang dianggap ramah akan tetapi sebenar-benarnya bermusuhan.
c)    Propaganda Abu-abu :berasal dari sumber yang dianggap netral tapi sebenarnya bermusuhan.
Propaganda telah berkembang dalam perang psikologis dimana propaganda menemukan eksistensinya.
a)    Propaganda Politik, yaoitu melibatkan usaha pemerintah, partai atau golongan untuk pencapaian tujuan strategis dan taktis.
b)    Propaganda Sosiologi, yakni melakukan perembesan budaya kemudian masuk kedalam lembaga-lembaga ekonomi, sosial dan politik.

2.2.3 Teknik-tekni Propaganda
            Dalam propaganda, ada teknik-tekni yang harus digunakan bila pesan kita ingin dapat disampaikan dan dapat membuat masyarakat mempercayakan apa yang ingin kita sampaikan. Yaitu :
a)    Pemberian Julukan (name calling) adalah penggunaan julukan untuk menjatuhkan seseorang, istilah, atau ideologi dengan memberinya arti negatif
b)    Glittering Generality, adalah penyampaia pesan yang memiliki implikasi bahwa sebuah pernyataan atau produk diinginkan olehbanyak orang atau mempunyai dukungan luas.
c)    Teknik Transfer, adalah suatu teknik propaganda dimana orang, produk, atau organisasi diasosiasikan dengan sesuatu yang mempunyai kredibilitas baik/buruk.
d)    Tebang Pilih, adalah suatu teknik pemilihan fakta dan data untuk membangun kasus dimana yang terlihat hanya satu sisi suatu isu saja, sementara fakta yang lain tidak diperlihatkan.
e)    Penyamarataan yang Berkilap, yakni tekni dimana sebuah ide, misi, atau produk diasosiasikan dengan hal baik seperti kebebasan, keadilan, dan demokrasi.
f)     Manusia Biasa, salah satu teknik propaganda yang menggunakan pendekatan untuk digunakan oleh seseorang untuk menunjukan bahwa dirinya rendah hati dan empati dengan penduduk pada umumnya.  (cara ini banyak digunakan untuk kampanya).
g)    Kesaksian, ini adalah teknik propaganda yang paling umum digunakan dimana ditampilkan seseorang yang untuk bersaksi dengan tujuan mempromosikan produk tertentu, kadang-kadang dalam kesaksiannya orang yang sama menjelek-jelekan produk lai.


2.3 Agama Islam
2.3.1 Apa itu Agama
            Agama adalah sebuah koleksi terorganisir dari kepercayaan, sistem budaya, dan pandangan dunia yang menghubungkan manusia dengan tanah/perintah dari kehidupan. Banyak agama memilik narasi, simbol, dan sejarah suci yang dimaksudkan untuk menjelaskan makna hidup dan atau menjelaskan asal usul kehidupan atau alam semesta. Dari keyakinan mereka tentang kosmos dan sifat manusia, orang memperoleh moralitas, etika, hukum agama atau gaya hidup yang disukainya. Menurut beberapa perkiraan, ada sekitar 4.200 agama di dunia.
            Banyak agama yang mungkin telah mengorganisir perilaku, kependetaan, definisi tentang apa yang merupakan kepatuhan atau keanggotaan, tempat-tempat suci, dan kitab suci. Praktek agama juga dapat mencangkup ritual, khotbah, peringatan atau pemujaan tuhan, dewa atau dewi, pengrbanan, festival, pesta, trance, inisiasi, jasa penguburan, layanan pernikahan, meditasi, doa, musik, seni, tari, masyarakat layanan atau aspek lain dari budaya manusia. Agama juga mungkin mengandung mitologi.
            Kata agama kadang-kadang digunakan bergantian dengan iman, sistem kepercayaan atau kadang-kadang mengatur tugas. Namun, dalam kata-kata Emile Durkheim, agama berbeda dari keyakinan pribadi bahwa itu adalah sesuatu yang nyata sosial. Emile Durkheim juga mengatakan bahwa gama adalah suatu sestem yang terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang suci. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan(kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahaskuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia dengan lingkungannya. Kata agama berasal dari bahasa Sansekerta, “Agama”  yang berarti “tradisi”. Kata  lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang verasal dari bahasa Latih religio dan berakar pada kata kerja re-ligare, yang berarti “mengikat kembali”.

2.3.2 Apa itu Islam
            Arti Islam adalah agama yang berdasarkan pada ketundukan terhadap aturan Allah. Islam adalah agama penghambaan kepada Allah, yang menciptakan, mengatur, memelihara alam semesta. Bila dicari dari asal katanya, islam berasal dari kata “aslama” yang merupakan turunan (derivasi) dari kat assalmu, assalamu, assalamatu yang artinya tunduk dan patuh, bersih dan selamat dari kecacatan lahir batin. Dari asal kata ini  dapat diartikan bahwa dalam Islam terkan makna suci, bersih tanpa cacat sempurna. Kata islam juga dapat diambil dari kata assilmu dan assalamu yang berarti juga perdamaian dan keamanan.
            Dari pengertian kata sebagaimana diungkapkan diatas dapat disimpulkan bahwa islam mengandung arti kata berserah diri, tunduk, patuh, dan taat sepenuhnya kepada Kehendak Allah. Pengertian Islam secara terminologis sebagaimana diungkapkan Ahmad Abdullah  Almasdoosi bahwa Islam adalah kaidah hidup yang diturunkan kepada manusia sebagai mahluk ciptaan Allah yang paling sempurna digelarkan ke muka bumi, dalam AL-Qur’an yang diwahyukan Allah SWT kepada Nabi-Nya yang terakhir, yakni Nabi Muhasmmad SAW, suatu kaidah hidup yang memuat tuntutan yang jelas dan lengkap mengenai aspek hidup manusia, baik spiritual maupu material. Agama yang diturunkan Allah kemuka bumi sejak Nabi Adam sampai Nabi Muhammad SAW adalah agama Islam sebagaimana yang diungkapkan dalam AL-Qur’an: “Sesungguhnya agama disisi Allah adalah Islam” (Al-Imran,3:19).
            Makna kata Islam, kata Islam berasal dari bahasa Arab “aslama”. Ditinjau dari segi bahasa, Islam memiliki beberapa artii :
a)    Islam berarti taan atau patuh dan berserah diri kepada Allah SWT.
b)    Islam berarti damai dan kasih sayang. Maksudnya, agama Islam mengajarkan perdamaian dan kasihsayang bagi umat manusia tanpa memandang warna kulit, agama, dan status sosial.
c)    Islam berarti selamat, maksdunya Islam merupaka petunjuk untuk memperoleh keselamatan hidup baik dunia maupun di akhirat kelak.
Ditinjau dari segi pengertian istilah, menurut Drs. Humaidi Tatapangarsa dalam bukunya “Kuliah Aqidah Lengkap” (Bina Ilmu Surabaya: 1997), islam memiliki dua macam pengertian yakni pengertian khusus dan pengertian umum. Islam menurut pengertian khusus, adalah agama yang diajakan oleh Nabi Muhammad SAW. Sedangkan menurut pengertian umum, Islam adalah agam yang diajarkan oleh semua  Nabi dan Rasul Allah SWT dari Adam AS. Sampai Muhammad SAW. Akan tetapi yang dinamakan Islam itu agama yang masih murni atau asli sesuai yang diajarkan Nabi dan Rasul.
Petunjuk bahwa semua Nabi dan Rasul sebelum Nabi Muhammad SAW, juga mengajarkan Islam dapat ditemui dalm AL-Qur’an dan Injil Markus. Ayat-ayat yang menyatakan hal tersebut dalam AL-Qur’an antara lain :
a)    Surat 3/Ali Imran, ayat 67:
Ibrahim bukanlah seorang Yahudi, dan bukan pula seorang Nasrani. Ia seorang yang lurus (maksudnya jauh dari sifat syirik/mempersekutu Allah SWT, dan jauh dari kesesatan), dan berserah diri kepada Allah SWT, serta bukan dari golongan orang-orang musyrik.
b)    Surat 10/Yunus, ayat 84:
Berkata Nabi Musa : “Hai kaumku, jika kalian beriman kepada Allah dan benar-benar orang yang berserah diri, maka bertawakkal-lah kepanya Nya saja”.

            Ayat-ayat dalam Injil Markus yang menerangkan bahwa semua Nabi dan Rasul sebelum Nabi Muhammad SAW, juga mengajarkan Islam adalah pasal 12 ayat 28-34 seperti yang dikutip oleh Dedy Suardi  dalam bukunya “Vibrasi Tauhid Meresonasi Keesaan Tuhan” (Remaja Rosdakarya, Bandung:1994). Dalam pasal 12 ayat 28-34 tersurat Nabi Isa AS. dengan seorang muridnya ahli Taurat yang menjelaskan dengan sesungguhnya bahwa Allah SWT itu Maha Esa. Bunyi percakapan tersebut selengkapnya sebagai berikut :

            Ayat 28 : Maka datanglah seorang ahli Taurat; setelah didengarnya  bagimana mereka itu berbalah-balah sedang diketahuinya bahwa Yesus telah memebrikan jawaban yang baik, lantas ia pula menyoal, katanya : “Hukum yang manakah dikatakan yang terutama sekali?”

            Ayat 29: Maka jawab Yesus kepadanya: “Hukum yang terutama inilah. Dengarlah olehmu hai Israil, adapun Allah Tuhan kita ialah Tuhan Yang Esa.

            Ayat 30: Maka hendaklah engkau mengasihi Allah Tuhanmu dengan sebulat-bulat hatimu, dengan segenap jiwamu, dengan sepenuh akal budimu, dan dengan segala kuatmu.

Ayat 31: Dan yang kedua inilah: “Hendaklah engkau mengasihi sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” Maka tiadalah hukum lain yang lebih besar daripada kedua hukum ini.

            Ayat 32 : Lantas berkataahli Taurat itu kepadanya : “Ya guru amat benarlah segala kata Guru, bahwa Allah itu Esa adanya dan tiada yang lain melainkan Dia”.

            Ayat 33 : Dan hal mengasihi Tuhan dengan sebulat-bulatnya hati, dan dengan sepenuh akal budi, dan dengan segenap jiwa, dan dengan segala kuat , dan apalagi mengasihi manusia seperti diri sendiri, itulah terutama dari segala kurban bakaran dan persembahan sembelihan.

Ayat 34 : Apabila Yesus melihat bahwa ia sudah menyahut dengan bijaksana, berkatalah ia kepadanya: “Engkau tiada jauh lagi dari pada kerajaan Allah. Maka tiada seorang pun berani menyoal dia lagi”.

Agama Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, adalah agama Islam yang terakhir yang diturunkan oleh Allah SWT kepada manusia. Karena itu tidak akan ada lagi Rasul yang diutus ke muka bumi.

       5https://id.m.wikipedia.org/wiki/Propaganda
6https://id.m.wikipedia.org/wiki/Agama
7Srijanti, Purwanto S.K., Wahyudi Pramono. Etika Membangun Masyarakat Islam Modern. Graha Ilmu; Yogyakarta, 2007, Ed-2, hal 3-5
8Syamsul Rijal Hamid.Buku Pintar Agama Islam.Penebar Salam; Jakarta, 2000, Ed-Senior, hal 2-5

  

2.4 Semiotika
2.4.1 Pengertian Semiotika

            Daniel Chandler mengatakn, “The shortest definition is that it is the study of sign” (definisi singkat dari semiotika adalah ilmu tentang tanda-tanda). Adapun menurut Paul Colbey, kata dasar semiotika diambil dari kata dasar seme (Yunani) yang berarti “penafsiran tanda” (Rusmana, 2005:4). Sedangkan Charles Sanders Pierce mendefinisikan semiotika sebgai studi tentang tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya, yakni cara berfungsinya, hubungan dengan tanda-tanda lain, pengirimannya dan penerimaannya oleh mereka yang mempergunakannya (Van Zoest, 1978, dalam Rusman, 2005). Menurut John Fiske, semiotika adalah studi ilmu tentang pertanda dan makna dari sistem tanda; ilmu tentang tanda, tentang bagaiman makna dibangun dalam “teks” media; atau studi tentang bagaimana tanda dari jenis karya apa pun dalam masyarakat yang mengkomunikasikan mkana (John Fiske,2007:282).

            Semiotika berasal dari bahasa Yunani “Semeion, yang berarti tanda. Dalam pandangan Piliang, penjelajah semiotikla sebagai metode kajian kedalam berbagai cabang keilmuan ini dimungkinkan karena adanya kecenderungan untuk memandang berbagai wacana sosial sebagai fenomena bahasa. Semiotika merupakan bidang studi tentang tanda dan cara tanda-tanda itu bekerja (dikatakan juga semiologi). Dalam memahami studi tentang makna terdapat tiga unsur utama, yakni : Tanda, Acuan Tanda, dan Penggunaan Tanda.  Tanda merupakan sesuatu yang bersifat fisik, bisa dipresepsi indra kita, tanda mengacu pada suatu di luar tanda itu sendiri, dan bergantung pada pengenalan oleh penggunanya sehingga disebut tanda.

            Pengembangan semiotika sebagai bidang kajian bidang studi ditetapkan dalam pertemuan Vienna Circle yang berlangsung di Universitas Wina tahun 1992. Di Wina Circle, sekelompok sarjana menyajikan sebuah karya berupa karya berjudul “international Encyclopedia”. Semiotika dikelompokan menjadi tiga bagian  atau tiga cabang ilmu, yakni :
a)    Semantics : yang mempelajari bagaimana sebuah tanda berkaitan dengan yang yang lain.
b)    Syntatics : mempelajari bagaimana sebuah tanda memiliki arti dengan tanda yang lain.
c)    Pragmatics : yang mempelajari bagaimana tanda digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan lingkupnya pembahasannya, semiotika dibedakan atas tiga macam berikut :
1.    Semiotika Murni (pure)
Membahas tentang dasar filosofis semiotika, yaitu berkaitan dengan metabahasa, dalam arti hakikat bahasa secara Universal.
2.    Semiotika Deskriptif (descriptive)
Adalah lingkup semiotika yang membahas tentang semiotika tertentu.
3.    Semiotika Terapan (applied)
Adalah lingkup semiotika yang membahas tentang  penerapan semiotika pada bidang atau konteks tertentu.

Sedangkan berdasarkan  penggunaanya, semiotika dikelompokan dalm berbagai bidang, seperti yang dikemukakan Eco (1976, lihat juga Van Zoest, 1993, dalam Rahayu Hidayat) berikut ini :
1.      Semiotika tanda hewan
2.      Semiotika tanda penciuman
3.      Semiotika dalam komunikasi dengan indera perasa
4.      Semiotika pencicipan
5.      Paralinguistik
6.      Semiotika medis
7.      Semiotika gerakan
8.      Semiotika musik
9.      Semiotika bahasa formal
10.   Semiotika bahasa tulis
11.   Semiotika bahasa ilmiah
12.   Semiotika komunikasi visual
13.   Semiotika benda
14.   Semiotika struktur benda
15.   Semiotika kode budaya
16.   Semiotika kode estetik
17.   Semiotika komunikasi massa
18.   Semiotika retorika
19.   Semiotika teks dalam arti luas
9 Nawiroh Vera. Semiotika dalam Riset Komunikasi. Ghalia Indonesia; Bogor, 2014, hal 2-6
10Sumbo Tinarbuko. Semiotika Komunikasi Visual. Jalasutra; Yogyakarta, 2008, hal 11

2.4.2 Semiotika Menurut Roland Barthes
            Barthes berpendapat bahwa kita dapat berbicara tentang dua sistem signifikasi, denotasi dan konotasi. Denotasi adalah level maknak deskriptif dan literal secara virtual dimiliki semua anggota. Pada level kedua Konotasi, makna terbentuk dengan mengaitkan penandaan dengan aspek-aspek kurtural yang lebih luas keyakina, sikap, kerangka kerja ideologi suatu formasi sosial. Makna kemudian menjadi persoalan asosiasi  tanda dengan makna lain. Makna sebuah tanda baru dapat dikatakan berlipat ganda jika tanda tunggal tersebut disarati dengan makna yang berlapis-lapis.  Konotasi membawa nilai-nilai ekspresif yang muncul dari akumulasi rangkaian kekuatan ( secara sintagmatis) atau, lebih umum, melalui perbandingan dengan alternatif yang tidak ada (secara paradigmatis). Ketika konotasi dinaturalkan sebagai sesuatu yang hegemonik, artinya deterima sebagai sesuatu yang normal dan alami, maka ia bertindak sebagai peta makana konseptual yang dengannya seseorang memahami dunianya. Inilah yang dikatakan sebagai mitos. Meskipun mitos adalah konstruktisi , tapi ia bisa nampak sebagai kebenaran yang universal yang telah ada sebelumnya. Dan melekat pada nalar awam.  Bahkan Volosinov (1973) berpendapat bahwa ranah ideologi berkorespondensi dengan arena tanda. Dimana ada tanda, maka disitu ada ideologi.
            Bagi Barthes, mitos adalah sistem semiologis urutan kedua atau metabahasa. Mitos adalah bahasa kedua yang berbicara tentang bahasa tingkat pertama. Tanda pada sitem pertama (penanda dan petanda) yang membentuk makna denotatif menjadi penanda pada urutan kedua makna mitologis konotasi Barthes (1972) menampilkan ini sebagai metafora spasial.





Barthes : Signifikasi mitos



Dalam buku  Barthes yang berjudul Mythologies terdiri atas dua subbab, yakni:  (1) “Mythologies”, dan (2) “Myth Today”.  Jangan berharap kalau dalam buku ini Barthes membicarakan dan mengulas tokoh-tokoh mitologi Yunani atau Romawi seperti Zeus dan dewa-dewa Olympus lainnya, Hercules dan hero-hero lainnya, ataupun rentetan Perang Troya sebagaimana dikisahkan dalam Iliad dan Odiseus yang sangat dikenal tidak hanya oleh masyarakat Eropa tetapi juga di belahan bumi lainnya termasuk di Indonesia. Barthes sama sekali tidak menyinggung peristiwa maupun tokoh mistis dan legendaris tersebut. Pada bagian pertama buku Mythologies, Barthes mengungkapkan topik-topik kontemporer semacam dunia gulat, romantisme dalam film, anggur dan susu, irisan steak, wajah Garbo, otak Einstein, manusia Jet, masakan ornamental, novel dan anak-anak, mainan (toys), mobil Citroën, plastik, fotografi, tarian striptease, dan topik-topik pop lainnya. Sebagaimana dinyatakan dalam pengantarnya pada cetakan pertama (1957), Barthes menyatakan bahwa tulisan-tulisannya dalam buku ini merupakan sejumlah esai tentang topik-topik masa itu yang dia tulis setiap bulan untuk sejumlah media massa.
Topik-topik yang menarik perhatiannya ini, tidak lain merupakan refleksi atas mitos-mitos baru masyarakat Prancis kontemporer. Lewat berbagai analisisnya tentang peristiwa-peristiwa yang ditemuinya dalam artikel surat kabar, fotografi dalam majalah mingguan, film, pertunjukan, ataupun pameran, Barthes mengungkapkan sejumlah mitos-mitos modern yang tersembunyi di balik semua hal itu. Mitos inilah yang oleh Barthes disebut sebagai second order semiotic system, yang harus diungkap signifikansinya. Mitos merupakan salah satu type of speech. Jabarannya mengenai konsep mitos-mitos masa kini sebagai kajian sistem tanda dibicarakan pada subbab yang kedua yang berjudul “Myth Today”.


 

11Chris Barker. Cultural Studies. Kreasi Wacana; Yogyakarta,2013, hal 74














Daftar Pustaka
·         Rabiah D. Putri. Representasi Autisme Dalam Film Korea Miracle In Cell No. 7 (Analisis Semiotika Charles Sanders Peirce). Jakarta; 2014. Skripsi
·         Vera, Nawiroh. Semiotika dalam Riset Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia,2014
·         Barker, Chris. Cultural Studies. Yogyakarta: Kreasi Kencana, 2013
·         Rijal, Syamsul. Buku Pintar Agama Islam. Jakarta: Pebebar Salam, 2000
·         Srijantin, Purwanto S.K, Wahyudi. Etika Membangun Masyarakat Islam Modern. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007
·         Littlehohn. Teori Komunikasi. Jakarta: Salemba Humanika,2009
·         Swandayani, Dian. 2005. Tokoh Cultural Studies Perancis: Roland Barthes. Makalah dipresentasikan dalam Seminar Internasional Rumpun Sastra, Yogyakarta, 2005

Sumber Lain
·           https://id.m.wikipedia.org/wiki/Propaganda
·           https://id.m.wikipedia.org/wiki/Agama



  







Tidak ada komentar:

Posting Komentar